Bismilahhirrahmaanirrahiim
Assalaamu ‘alaikum

Alhamdulillah wa syukurillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmatnya hingga kita masih di berikan kesempatan untuk bertemu saling kunjung, saling silaturrahmi untuk menegakkan amar ma’ruf nahi munkar.
Saudara-saudaraku se-angkatan dan adik-adik angkatan yang dulu pernah belajar, mengaji, menimba ilmu di pondok maupun adik adik angkatan yang saat ini masih aktif menimba ilmu di Pondok Pesantren Modern Islam Assalaam Surakarta yang juga merupakan kawan di kala suka maupun duka, senasib dan satu perjuangan, saya Sumbarwoko Tri Widiyantoro asal kota Sukoharjo yang pernah nyantri dan saat ini sebagai alumni angkatan pertama, mohon ijin ingin memaparkan sejarah singkat tentang tercetus serta berdirinya sebuah wadah persaudaraan sebuah ikatan kekeluargaan yang hingga saat ini masih berjalan dengan baik, ikatan persaudaraan Itu saya kasih nama IKMAS (Ikatan Keluarga Ma’had Assalaam Surakarta) walau dalam perkembangan kekinian sebutan IKMAS itu sudah diperbaiki dengan kepanjangan (Ikatan Keluarga Alumni Assalaam Surakarta) tapi insyaallah perubahan kepanjangan dari IKMAS itu tidaklah merubah makna secara hakekat. Perubahan ini juga berdasar Anggaran Dasar dan Rumah Tangga (AD/ART) IKMAS.
Saudaraku, IKMAS berdiri sekitar 1988-1989. ketika itu saya masih kuliah d sebuah perguruan tinggi Islam negeri di Yogyakarta, sebuah proses yang sangat panjang dan sedikit melelahkan, hal ini kita lakukan ketika itu tidak ada HP (handphone), tidak punya telepon portabel, tidak punya alat transportasi, tapi yang ada hanya kaki untuk jalan dan tangan untuk menulis undangan serta semangat niat yang tulus dan ikhlas dalam rangka kangen sesama teman yang dulu pernah belajar di pondok tercinta Assalaam Surakarta, walaupun secara pribadi saya menyelesaikan belajar di pondok hanya di Punggawan belum mengenyam di Pabelan tetapi rasa kangen teman dan semangat pingin kumpul lagi tetap berkobar.
Tahun 1988/1989, sambil belajar dan kuliah saya cari teman-teman. Saya ajak mereka untuk ngobrol ngalor ngidul cerita suka duka di pondok dulu. Di antara cerita yang paling gayeng adalah ketika santri yang melanggar kemudian dikasih hukuman sama asatidz, tertawa terbahak bahak sambil kita berkeinginan untuk membuat sebuah wadah agar sesama alumni pondok pesantren Assalaam ini mudah berkomunikasi, kumpul kembali dan rasa kekeluargaannya bertambah erat. Dari diskusi ringan walau tetap serius terungkap sebuah ide dari saudara Syamsul Qomar tentang sebuah persaudaraan alumni yaitu UIAA (Ukhuwah Islamiyyah Alumni Assalaam) Surakarta.
Nama ini berjalan kira-kira 1 atau 2 bulan lamanya, karena dalam perjalanannya saya mendapat sebuah inspirasi kata lain yaitu IKMAS (Ikatan Keluarga Ma’had Assalaam). Maaf, ketika itu belum ada tambahan kata alumni seperti yang ada sekarang.
Mengapa demikian? Karena ketika itu saya berpikir bahwa siapapun santri yang pernah makan, minum, tidur di pondok Assalaam dan tercatat sebagai santri, punya nomor induk di buku kesantrian, dia adalah keluarga (santri) assalaam walaupun dia hanya nyantri seumur jagung.
Di tahun yang sama kira-kira, kami yang di Yogya sudah siap untuk mengundang dan menjamu teman-teman alumni yang masih di pondok Assalaam. Maka kami mengundang mereka untuk ngobrol dan diskusi sekaligus temu kangen walau sangat sederhana, dan terwujudlah reuni itu di kos saudara Syamsul Qomar. Panjang lebar kami guyon gojekan dan kami sosialisasikan sebuah nama wadah alumni kita yaitu IKMAS.
Yang dari pondok hadir Siti Zakiyah, Nunuk Nuraini, Istikharah, Murni Rahayu, dll. Yang domisili Yogya hadir Syamsul Qomar, Sumbarwoko (penulis sejarah ini), Teguh Aswani, Farihah Qomarul Umi (Arul), Muflihah (Ulik), Nunung Ida Leksani, dll.
Kemudian singkat cerita, hasil reuni dan diskusi ini kita sepakat memilih satu dari dua nama kekeluargaan kita (UIAA ayo IKMAS) maka disepakatilah IKMAS sebagai wadah. Selanjutnya kita sepakat lain hari lain waktu dan lain kali kita akan silturahmi ke Pondok Assalaam, kita ajukan nama ikatan kekeluargaan ini ke pondok pusat yaitu Assalaam Surakarta. Nah sekitar Tahun 1990 kami berkunjung ke Assalaam mendaftarkan nama IKMAS ke pondok dan di pondok bertemu Ustadz Tarto didampingi ustadz lainnya (lupa). Selanjutnya, berkas komplit kami haturkan ke Ustadz Tarto dan seingat saya berkas komplit itu disimpan di sebuah lemari oleh beliau dan kami pamitan kembali ke Yogya. Dalam masa itu kami tetap ada pertemuan-pertemuan soal dana urunan, selanjutnya tahun 1990/1991 ada usulan untuk diadakan regenerasi dan reorganisasi. Kami setujui usulan itu, terkandung maksud biar IKMAS berkesinambungan.
Reorganisasi terwujud, ketua tergantikan. Di sini saya secara pribadi lupa nama ketua IKMAS terpilih. Ketua pengganti boleh dibilang generasi kedua sebagai ketua IKMAS. Kita salaman, estafet kepemimpinan terwujud, hanya sayangnya sejak saat itu saya dan teman teman demisioner tidak tau lagi kabar IKMAS. Karena tidak, bahkan belum pernah diajak pertemuan diskusi untuk kebaikan IKMAS. Hingga saya lulus kuliah 1993, saya sudah gak dengar lagi tentang IKMAS dan kami angkatan pertama adakan reuni sekitar tahun 2014/2015. Iseng–iseng saya tanyakan kabar IKMAS pada teman seangkatan yang mengajar di pondok, IKMAS masih ada apa nggak? Maaf (saya tanyakan itu seperti orang kehilangan sesuatu yang berharga yang melekat di hati) dan beliau menjawab IKMAS masih ada dan eksis, dalam hati rasa syukur keluar karena merasa sesuatu yang hilang sudah ada kabarnya.
Suatu ketika, saya di telpon ketua IKMAS Rohmat Supihanto (Mas Ahe) untuk ngobrol tentang IKMAS dan sampailah pada kepemimpinan yang sekarang yang dipegang oleh Mas Basith.
Demikian sejarah tercetus dan berdirinya IKMAS, harapannya teriring doa semoga IKMAS sebagai wadah alumni Pondok Pesantren Modern Islam Assalaam Surakarta ini menjadi wadah yang amar ma’ruf nahi munkar.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarokatuh
Sumbarwoko Tri Widiyantoro